Kini Lebah Hama di Magelang Hasilkan Cuan Menggiurkan

Dulu lebah ini dianggap hama oleh warga di Magelang karena sifatnya merusak. Namun kini, lebah itu menghasilkan untung yang tak sedikit.

Adalah lebah stingless bee atau di Magelang dan sekitarnya dikenal dengan nama lanceng. Dulu, sebelum dikembangbiakkan, lebah ini merusak kayu atap rumah.

Hal itu dijelaskan oleh Mohamad Haris, pendiri Gubug Lanceng, yang juga jadi pelopor peternak madu lanceng di kabupatennya, Ia pun berkeinginan sangat ingin berbagi ilmu ke peternak yang lain.

Karena, tiap yang datang ke rumah atau lokasi kebunnya, ia tak ingin mereka hanya membeli hasil madunya saja. Ia ingin mereka mencicipi dulu dan belajar apa yang ada digelutinya.

"Kita ada eduwisata, belajar mengenai lebah stingless bee atau lanceng. Lokasinya di Desa Kebonrejo, Candimulyo, Kabupaten Magelang," kata Haris.

"Jadi mereka yang datang tak membeli lalu pergi, mereka perlu 'ngicipi' yang dibeli dan bisa pula mengetahui bagaimana beternak lebah lanceng," imbuh dia.

Singkat cerita, peternakan lebah lanceng tak dilakukannya sejak awal. Ia semula bekerja sebagai sales pakaian lalu mengalami kecelakaan motor yang menyebabkan istrinya meninggal.

Haris mengalami patah kaki dan dirawat di rumah selama 2 tahun tapi nggak sembuh juga. Lalu, ia disarankan oleh seorang dokter untuk menggunakan madu lanceng dengan dioleskan rutin.

"Setelah menggunakan selama 3,5 bulan ada perubahan dan digunakan hingga kini. Karena di madu ini ada antibiotik dan antioksidan," cerita dia.

"Madu lanceng juga bisa untuk kekebalan tubuh. Rendah glukosa dan baik bagi penderita diabet. Asam amino tinggi. Berbentuk encer. Kalau yang glukosa tinggi itu lebah biasa," lanjutnya.

Setelah merasa lebih baik, ia berencana untuk beternak lebah lanceng. Haris lalu mencari lebah itu di rumah-rumah warga. Ia terbantu dengan program bedah rumah, karena dari kayu-kayu yang dibongkar ditemukanlah lebah lanceng.

"Ada beberapa cara yang bisa digunakan. Setelah saya punya lebah yang cukup, yang lebih sering digunakan kini adala splitting. Yakni dari 1 koloni jadi dua dan seterusnya. Cara yang pertama dulu itu mencari lebah dari rumah yang dibongkar," urai dia.

Dalam perjalanannya, ia tahu bahwa lebah lanceng hanya mau menyedot nektar dari bunga. Lebah ini nggak mau dimanipulasi dengan pemberian sirup.

"Lebah lanceng memiliki keterbatasan yakni produktivitasnya rendah. Harganya sendiri cukup mahal yakni, satu liter Rp 400 ribu. Dan dari satu kotak atau sarang dalam setahun hanya menghasilkan madu sebanyak 600 mililiter," imbuh dia.

Haris mengaku pendapatannya meningkat drastis dengan mengelola peternakan lebah lanceng. Ia kini memiliki 25 orang pekerja. Lahannya pun tersebar di lahan milik warga yang tak dikelola dengan sistem bagi hasil.

Tak berhenti di situ, ia tak pelit terhadap apa yang didapatnya. Ia terbuka bagi siapa saja yang ingin mencoba beternak lebah yang sama.

Ia kini sering didatangi tamu dari sekolah hingga kelompok masyarakat yang ingin belajar. Tak hanya itu, kini ada eduwisata di Gubug Lanceng.

"Ada teman-teman dari wisata VW Magelang di ajak tempat saya. Dan, kini bisa memberdayakan masyarakat juga di desa karena menghasilkan gula kelapa," jelas dia.

Haris memaparkan bahwa pada 2014 dimulai adanya pengunjung ke tempatnya. Lalu pada 2018, Gubug Lanceng bergabung dengan wisata VW Magelang.

"Mereka yang datang kebanyakan dari Jakarta, Semarang hingga Malang. Kunjungan wisatawan pun lumayan tinggi sekarang, yakni 300-400 orang di musim libur dan seratusan 100 di hari biasa,"tegas dia.

Namun, Gubug Lanceng masih kurang di sana-sini karena dikelola pribadi. Adapun hal itu mengenai fasilitas-fasilitas umum yang belum pernah tersentuh bantuan pemerintah.

Tidak ada komentar: